Minggu, 27 Maret 2011

Pelayanan KB

BAB I
PENDAHULUAN

A.                Latar belakang
Di era globalisasi sekarang ini, mengontrol kelahiran bisa dilakukan dengan banyak cara. Menggunakan alat kontrasepsi maupun secara alami. Jika memilih cara alami, dengan apapun alasan Anda, bisa dilakukan dengan metode kalender ataupun metode lainnya seperti metode lendir serviks dan metode suhu tubuh basal.
Metode kalender atau pantang berkala merupakan metode keluarga berencana alamiah (KBA) yang paling tua. Pencetus KBA sistem kalender adalah dr. Knaus (ahli kebidanan dari Vienna) dan dr. Ogino (ahli ginekologi dari Jepang). Metode kalender ini berdasarkan pada siklus haid/menstruasi wanita.
Knaus berpendapat bahwa ovulasi terjadi tepat 14 hari sebelum menstruasi berikutnya. Sedangkan Ogino berpendapat bahwa ovulasi tidak selalu terjadi tepat 14 hari sebelum menstruasi, tetapi dapat terjadi antara 12 atau 16 hari sebelum menstruasi berikutnya. Hasil penelitian kedua ahli ini menjadi dasar dari KBA sistem kalender.
Tujuan perempuan menggunakan KB diantaranya adalah adalah untuk mengontrol jumlah dan jarak antara kelahiran anak. Bagi perempuan yang ingin menghindari efek samping alat kotrasepsi, mereka lebih memilih KB alami. KB alami yang lama antara lain dengan sistem kalender yaitu mengetahui siklus haid dan masa suburnya. Pada makalah ini, penulis hanya akan membahas KBA bengan metoda kalender.


B.                 Tujuan penulisan
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah : agar kita mengetahui pengertian dari metoda kalender, cara penggunan, keuntungan dan kerugiannya

C.                Metode Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang di gunakan adalah :
a.       Study Pustaka
b.      Internet.
BAB II
ISI
METODA KALENDER

Metode kalender atau pantang berkala merupakan metode keluarga berencana alamiah (KBA) yang paling tua. Pencetus KBA sistem kalender adalah dr. Knaus (ahli kebidanan dari Vienna) dan dr. Ogino (ahli ginekologi dari Jepang). Metode kalender ini berdasarkan pada siklus haid/menstruasi wanita.
Knaus berpendapat bahwa ovulasi terjadi tepat 14 hari sebelum menstruasi berikutnya. Sedangkan Ogino berpendapat bahwa ovulasi tidak selalu terjadi tepat 14 hari sebelum menstruasi, tetapi dapat terjadi antara 12 atau 16 hari sebelum menstruasi berikutnya. Hasil penelitian kedua ahli ini menjadi dasar dari KBA sistem kalender.
1.    Pengertian Metode Kalender
Metode kalender atau pantang berkala adalah cara/metode kontrasepsi sederhana yang dilakukan oleh pasangan suami istri dengan tidak melakukan senggama atau hubungan seksual tanpa perlindungan kontrasepsi pada masa subur/ovulasi (hari ke 8-9 siklus menstrasinya). Kesuburan dapat ditandai dengan keluarnya lendir encer dari liang vagina.
Ovulasi umumnya terjadi pada hari ke-15 sebelum haid berikutnya, tetapi dapat pula terjadi 12-16 hari sebelum haid yang akan datang. Ovulasi selalu terjadi pada hari ke 15 sebelum haid yang akan datang. Problem terbesar dengan Metode Kalender adalah bahwa jarang ada wanita yang mempunyai siklus haid teratur 28 hari.
Untuk dapat menggunakan metode ini kita harus menentukan waktu ovulasi dari data haid yang dicatat selama 6-12 bulan terakhir.
2.    Keuntungan Metode Kalender
Metode kalender atau pantang berkala memiliki keuntungan sebagai kontraseptif  maupun non-kontraseptif.
a.      Keuntungan konserfatif
Metode kalender atau pantang berkala mempunyai keuntungan sebagai berikut:
1)      Metode kalender atau pantang berkala lebih sederhana.
2)      Dapat digunakan untuk menghindari atau mendapatkan kehamilan.
3)      Tanpa efek samping sistemik.
4)      Dapat digunakan oleh setiap wanita yang sehat.
5)      Tidak membutuhkan alat atau pemeriksaan khusus dalam penerapannya.
6)      Tidak mengganggu pada saat berhubungan seksual.
7)      Kontrasepsi dengan menggunakan metode kalender dapat menghindari resiko kesehatan yang berhubungan dengan kontrasepsi.
8)      Tidak memerlukan biaya/murah.
9)      Tidak memerlukan tempat pelayanan kontrasepsi.
b.      Keuntungan  non- kontaseptif
1)   Meningkatkan keterlibatan suami dalam keluarga berencana .
2)   Menambah pengetahuan tentang sistem reproduksi pada suami dan istri.
3)   Menghindari persetubuhan selama fase kesuburan dari siklus haid dimana kemungkinan hamil sangat besar.
4)   Kemungkinan hubungan yang lebih dekat diantara kedua pasangan dengan peningkatan komunikasi antar pasangan.

3.    Keterbatasan/kekurangan metode kalender
Sebagai metode sederhana dan alami, metode kalender atau pantang berkala ini juga memiliki keterbatasan, antara lain:
  1. Memerlukan kerjasama yang baik antara suami istri.
  2. Sebagai kontasektif sedang (9-20 kehamilan per 100 perempuan selama setahun pertama pemakaian) . Catatan untuk Metode Ovulasi Billings bila aturan di taati kegagalan 0% ( kegagalan metode/method failure dan 0-3 % kegagalan pemakaian /use’r failer, yaitu pasangan dengan sengaja atau tanpa sengaja melanggar aturan untuk mencegah kehamilan).
  3. Perlu ada pelatihan sebagai persyaratan untuk menggunakan jenis KBA yang paling efektif secara benar.
  4. Dibutuhkan pelatih/guru KBA (bukan tenaga medis).
  5. Pelatih/guru KBA harus mampu membantu ibu mengenali masa suburnya , memotivasi pasangan untuk menaati aturan jika ingin menghindari kehamilan dan menyediakan alat bantu jika diperlukan; misalnya buku catatan khusus , termometer (oral atau suhu basal)
  6. Perlu pencatatan setiap hari.
  7. Harus ada motivasi dan disiplin pasangan dalam menjalankannya.
  8. Pasangan suami istri tidak dapat melakukan hubungan seksual setiap saat.
  9. Pasangan suami istri harus tahu masa subur dan masa tidak subur.
  10. Harus mengamati sikus menstruasi minimal enam kali siklus.
  11. Siklus menstruasi yang tidak teratur (menjadi penghambat).
  12. Lebih efektif bila dikombinasikan dengan metode kontrasepsi lain.
  13. Infeksi vagina membuat lendir serviks sulit dinilai.
  14. Termometer basal diperlukan untuk metode tertentu.
  15. Tidak terlindung dari IMS termasuk HBV (Virus Hepatitis B) dan HIV/AIDS.
4.    Efektifitas
Metode kalender akan lebih efektif bila dilakukan dengan baik dan benar. Sebelum menggunakan metode kalender ini, pasangan suami istri harus mengetahui masa subur. Padahal, masa subur setiap wanita tidaklah sama. Oleh karena itu, diperlukan pengamatan minimal enam kali siklus menstruasi.
Selain itu, metode ini juga akan lebih efektif bila digunakan bersama dengan metode kontrasepsi lain. Berdasarkan penelitian dr. Johnson dan kawan-kawan di Sidney, metode kalender akan efektif tiga kali lipat bila dikombinasikan dengan metode simptothermal. Angka kegagalan penggunaan metode kalender adalah 14 per 100 wanita per tahun. Efektifitasnya bergantung pada keikhlasan mengikuti petunjuk, angka kegagalan 1-25 kehamilan per 100 wanita selama tahun pertama penggunaan.

5.    Faktor Penyebab Metode Kalender Tidak Efektif
Hal yang dapat menyebabkan metode kalender menjadi tidak efektif adalah:
  1. Penentuan masa tidak subur didasarkan pada kemampuan hidup sel sperma dalam saluran reproduksi (sperma mampu bertahan selama 3 hari).
  2. Anggapan bahwa perdarahan yang datang bersamaan dengan ovulasi, diinterpretasikan sebagai menstruasi. Hal ini menyebabkan perhitungan masa tidak subur sebelum dan setelah ovulasi menjadi tidak tepat.
  3. Penentuan masa tidak subur tidak didasarkan pada siklus menstruasi sendiri.
  4. Kurangnya pemahaman tentang hubungan masa subur/ovulasi dengan perubahan jenis mukus/lendir serviks yang menyertainya.
  5. Anggapan bahwa hari pertama menstruasi dihitung dari berakhirnya perdarahan menstruasi. Hal ini menyebabkan penentuan masa tidak subur menjadi tidak tepat.
6.    Penerapan (Cara Penggunaan Metode Kalender)
Seorang wanita menentukan masa suburnya dengan :
a)    Mengurangi 18 hari dari siklus haid terpendek, untuk menentukan awal dari masa suburnya. Asal angka 18=14+2+2        hari hidup spermatozoa
b)   Mengurangi 11 hari dari siklus haid terpanjang untuk menentukan akhir dari masa suburnya. Asal angka 11=14-2-1          hari hidup ovum

Kalkulasi masa subur secara tradisional didasarkan pada 3 asumsi :
a)    Ovulasi terjadi pada hari ke-14 tambah kurang 2 hari sebelum permulaan haid berikutnya.
b)   Spermatozoa bertahan hidup 2-3 hari.
c)    Ovum hidup selama 24 jam.

Hal yang perlu diperhatikan pada siklus menstruasi wanita sehat ada tiga tahapan:
  1. Pre ovulatory infertility phase (masa tidak subur sebelum ovulasi).
  2. Fertility phase (masa subur).
  3. Post ovulatory infertility phase (masa tidak subur setelah ovulasi).
Perhitungan masa subur ini akan efektif bila siklus menstruasinya normal yaitu 21-35 hari. Pemantauan jumlah hari pada setiap siklus menstruasi dilakukan minimal enam kali siklus berturut-turut. Kemudian hitung periode masa subur dengan melihat data yang telah dicatat.
Bila haid teratur (28 hari)
Hari pertama dalam siklus haid dihitung sebagai hari ke-1 dan masa subur adalah hari ke-12 hingga hari ke- 16 dalam siklus haid.
Contoh:
Seorang wanita/istri mendapat haid mulai tanggal 9 Maret. Tanggal 9 Maret ini dihitung sebagai hari ke-1. Maka hari ke-12 jatuh pada tanggal 20 Maret dan hari ke 16 jatuh pada tanggal 24 Maret. Jadi masa subur yaitu sejak tanggal 20 Maret hingga tanggal 24 Maret. Sehingga pada masa ini merupakan masa pantang untuk melakukan senggama. Apabila ingin melakukan hubungan seksual harus menggunakan kontrasepsi.
Bila haid tidak teratur
Jumlah hari terpendek dalam 6 kali siklus haid dikurangi 18. Hitungan ini menentukan hari pertama masa subur. Jumlah hari terpanjang selama 6 siklus haid dikurangi 11. Hitungan ini menentukan hari terakhir masa subur.
Rumus :
Hari pertama masa subur = Jumlah hari terpendek – 18
Hari terakhir masa subur = Jumlah hari terpanjang – 11
Contoh:
Seorang wanita/istri mendapat haid dengan siklus terpendek 25 hari dan siklus terpanjang 30 hari (mulai hari pertama haid sampai haid berikutnya).
Langkah 1 : 25 – 18 = 7
Langkah 2 : 30 – 11 = 19
Jadi masa suburnya adalah mulai hari ke-7 sampai hari ke-19. Sehingga masa ini, suami istri tidak boleh melakukan senggama. Apabila ingin melakukan senggama harus menggunakan kontrasepsi
.
7.    Indikasi / Siapa yang Bisa menggunakan
Wanita/pasangan yang bisa menggunakan KB kalender adalah
a)    Dari semua usia subur
b)   Dari semua paritas, termasuk wanita nullipara
c)    Yang oleh karena alasan religius atau filosofis tidak bisa menggunakan metode lain
d)   Tidak bisa memakai metode lain
e)    Bersedia menahan nafsu birahi lebih dari seminggu setiap siklus
f)    Bersedia dan terdorong untuk mengamati, mencatat dan menginterpretasikan tanda-tanda kesuburan

8.    Kontraindikasi / Siapa yang Seharusnya Tidak Menggunakan
a)      Perempuan yang dari segi umur, paritas atau masalah kesehatannya membuat kehamilan menjadi suatu kondisi resiko tinggi.
b)      Perempuan sebelum mendapat haid (menyusui, segera setelah abortus), kecuali MOB
c)      Perempuan dengan siklus haid yang tidak teratur
d)     Perempuan yang pasanganya tidak mau bekerjasama (berpantangan) selama waktu tertentu dalam siklus haid
e)      Perempuan yang tidak suka menyentuh daerah genitalianya

9.    Wanita yang Mungkin Memerlukan Koseling Tambahan
Wanita yang mungkin memerlukan konseling tambahan adalah
a)      Karena masalah umur, paritas, atau kesehatannya membuat kehamilan menjadi suatu hal yang beresiko tinggi
b)      Siklus haid yang tidak teratur (atau belum) menentukan (sedang menyusui, segera setelah aborsi)
c)      Yang siklus haidnya tidak menentu
d)     Pasangannya tidak mau bekerjasama selama saat-saat tertentu dalam siklus tersebut.
BAB III
PENUTUP
1.    Kesimpulan
Metode kalender adalah metoda yang digunakan berdasarkan masa subur dimana harus menghindari hubungan seksual tanpa perlindungna kontrasepsi pada hari ke 8-9 siklus menstrasinya. Metode ini memiliki keuntungan yaitu bisa digunakan oleh wanita untuk mencegah kehamilan yang tanpa efek samping, tapi juga memiliki kekurangan/keterbatasan yaitu memerlukan disiplin penahanan nafsu yang tinggi agar tidak terjadi kehamilan.
Ada juga cara untuk menggunakan metode ini,  dengan wanita menentukan masa suburnya, kalkulasinya ;
c)      Ovulasi terjadi pada hari ke-14 tambah kurang 2 hari sebelum permulaan haid berikutnya.
d)     Spermatozoa bertahan hidup 2-3 hari.
e)      Ovum hidup selama 24 jam.
Cara ini akan berhasil apabila pasangan memenuhi syarat(indikasi) dari  metode kalender tersebut.

2.    Saran
Kita sebagai tenaga kesehatan sebaiknya dalam memberikan pelayanan KB hendaklah memberikan yang sesuai dengan keinginan pasien. Dan bagi pasien yang tidak mau menggunakan KB alat bisa dikenalkan kepada pasien salah satu metode KB alami yaitu dengan metode kalender ini. Semoga makalah ini bisa digunakan sesuai dengan fungsinya. Amin
                                                      
DAFTAR PUSTAKA

Saifuddin, Abdul Bahari. 2003. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi . Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawihardjo
Wulansari, Pita, dkk. 2006. Ragam Metode Kontrasepsi. Jakarta : EGC


Selasa, 15 Maret 2011

ASNEO DENGAN MASALAH OBSTIPASI PARSIAL

TUGAS ASNEO

ASUHAN KEBIDANAN
PADA BAYI YANG
MENGALAMI OBSTIPASI PARSIAL


BAB II
LANDASAN TEORI

1.    Pengertian Obstipasi
Obstipasi berasal dari bahasa Latin Ob berarti in the way = perjalanan dan Stipare yang berarti to compress = menekan . Secara istilah obstipasi adalah bentuk konstipasi parah dimana biasanya disebabkan oleh terhalangnya pergerakan feses dalam usus (adanya obstruksi usus).
Secara umum, Obstipasi adalah pengeluaran mekonium tidak terjadi pada 24 jam pertama sesudah kelahiran atau kesulitan atau keterlambatan pada faeces yang menyangkut konsistensi faeces dan frekuensi berhajat. Sedangkan pada neonatus lanjut didefinisikan sebagai tidak adanya pengeluaran feses selama 3 hari/lebih.
Ada beberapa variasi pada kebiasaan buang air besar yang normal. Lebih dari 90% bayi baru lahir akan mengeluarkan mekonium dalam 24 jam pertama, sedangkan sisanya akan mengeluarkan mekonium dalam 36 jam pertama kelahiran. Jika hal ini tidah terjadi, maka harus dipikirkan adanya obstipasi. Akan tetapi, harus diingat bahwa ketidakteraturan defekasi bukanlah suatu obstipasi karena pada bayi yang menyusu dapat terjadi keadaan tanpa defekasi selama 5-7 hari dan tidak menunjukkan adanya gangguan feses karena feses akan dikeluarkan dalam jumlah yang banyak sewaktu defekasi. Hal ini masih dikatakan normal.

2.    Jenis-jenis obstipasi
Obstipasi ada 2 macam :
a.          Obstipasi  Total
Memiliki ciri khas tidak keluarnya feses atau atau flatus dan pada pemeriksaan colok dubur didapat rectum yang kosong, kecuali jika obstruksi terdapat pada rectum.

b.         Obstipasi  Parsial
Memiliki ciri pasien tidak dapat buang air besar selama beberapa hari, tetapi kemudian dapat mengeluarkan feses disertai gas. Keadaan obstruksi parsial kurang darurat daripada obstruksi total.

3.    Etiologi
Obstipasi disebabkan juga karena sebagai berikut :
a.         Obstipasi akibat obstruksi dari intralumen usus meliputi akibat adanya kanker dalam dinding usus.
b.        Obstipasi akibat obstruksi dari ekstralumen usus, biasanya akibat penekanan usus oleh massa intraabdomen misalnya adanya tumor dalam abdomen yang menekan rectum.
c.         penyaluran makanan yang kurang baik, misalnya masukan makanan bayi muda kurang mengandung air / gula, sedangkan pada bayi usia lebih tua biasanya karena makanan yang kurang mengandung polisakarida atau serat.
d.        Kemungkinan adanya gangguan pada usus seperti pada penyakit Hirschpung yang berarti usus tidak melakukan gerakan peristaltik.

4.    Tanda dan gejala
Tanda dan gejala obstipasi disebabkan oleh :
a.       Pada neonatus jika tidak mengeluarkan mekonium dalam 36 jam pertama, pada bayi jika tidak mengeluarkan feses selama 3 hari atau lebih.
b.      Sakit dan kejang pada perut.
c.       Bayi sering menangis.
d.      Susah tidur dan gelisah
e.       Kadang-kadang muntah.
f.       Abdomen distensi (kembung, karena usus tidak berkontraksi).
g.      Bayi susah/tidak mau menyusui.
h.      Bising usus yang janggal.
                              
5.    Patofisiologi dan patogenesis
Pada keadan normal sebagian besar rektum dalam keadaan kosong, kecuali bila ada refleks masa dari kolon yang mendorong feses ke dalam rektum yang terjadi sekali atau dua kali sehari. Hal tersebut memberikan stimulasi pada arkus aferen dari refleks defekasi. Dengan adanya stimulasi pada arkus aferen tersebut akan menyebabkan kontraksi otot dinding abdomen sehingga terjadilah defekasi.
Mekanisme usus yang normal terdiri atas 3 faktor, yaitu sebagai berikut :
a.       Asupan cairan yang adekuat.
b.      Kegiatan fisik dan mental.
c.       Jumlah asupan makanan berserat.
Dalam keadaan normal, ketika bahan makanan yang akan dicerna memasuki kolon, air dan eletrolit diabsorbsi melewati membran penyerapan. Penyerapan tersebut berakibat pada perubahan bentuk feses, dari bentuk cair menjadi bahan yang lunak dan berbentuk. Ketika feses melewati rektum, feses menekan dinding rektum dan merangsang defekasi.
Apabila bayi tidak mengkonsumsi ASI (cairan) secara adekuat, produksi dari pencernaan lebih kering dan padat, serta tidak dapat dengan segera digerakkan oleh gerakan peristaltik menuju rektum, sehingga penyerapan terjadi terus-meneerus dab feses menjadi semakin kering, padat dan susah dikeluarkan, serta menimbulkan rasa sakit. Ini yang menyebabkab bayi tidak bisa BAB dan akan menyebabkan kemungkinan berkembangnya luka. Proses dapat terjadi bila menurun peristaltik usus dsb. Hal tersebut menyebabkan sisa metabolisme berjalan lambat yang kemungkinan akan terjadi penyerapan air yang berlebihan.
Bahan makanan berserat sangat dibutuhkan untuk merangsang peristaltik usus dan pergerakan normal dari metabolisme dalam saluran cerna menuju ke saluran yang lebih besar. Sumbatan pada usus dapat juga menyebabkab obstipasi.
6.    Komplikasi
Komplikasi yang terjadi pada penderita obstipasi adalah sebagai berikut :
a.       Perdarahan
b.      Ulserasi
c.       Obstruksi parsial
d.      Diare intermiten
e.       Distensi kolon akan menghilang jika ada sensasi regangan rektum yang mengawali proses defekasi.

7.    Penatalaksanaan
Penatalaksanan yang dilakukan adalah
a.       Mencari penyebab obstipasi
b.      Menegakkan kembali kebiasaan defekasi yang normal dengan memperhatikan gizi, tambahan cairan, dan psikis.
c.       Pengosongan rektum jika tidak ada kemajuan setelah dianjurkan untuk menegakkan kembali kebiasaan defekasi. Pengosonganrektum bisa dilakukan dengan disimpaksi digital, enema minyak zaitun, obat-obatan dan laksatif.



BAB III
KASUS

Pengkajian tanggal   :  21 Januari 2011
Waktu                      :  10.00 WIB

I.     Pengkajian 
Data Subjektif
Identitas
Nama bayi           :    F
Umur bayi           :    1 bulan
Tanggal lahir        :    21 Desember 2011
Pukul                   :    14.32 WIB
Jenis kelamin       :    laki-laki
Status                  :    anak ke-2

Nama ibu             :    E
Umur                   :    28 Tahun
Suku/bangsa        :    Patopang/Indonesia
Agama                 :    Islam
Pendidikan          :    D-III Geografi
Pekerjaan             :    Guru SMP
Alamat                 :    Jorong Lembah Gunung desa Siaur kec. Kamang baru


Nama Ayah         :    A
Umur                   :    31 Tahun
Suku/bangsa        :    Tanjung/Indonesia
Agama                 :    Islam
Pendidikan          :    S1 Olah Raga
Pekerjaan             :    Guru SMP
Alamat                 :    Jorong Lembah Gunung desa Siaur kec. Kamang baru

Anamnesis
Kunjungan ke      :    2
Alasan kunjungan:   ibu mengatakan BAB bayinya tidak keluar
Keluhan utama    :    ibu mengatakan bayinya tidak BAB sejak 5 hari yang lalu.

Riwayat Prenatal
Kesehatan janin selama dalam kandungan : selama hamil ibu tidak mengalami gangguan kesehatan.
Keluhan :
          Trimester I :    mual pagi hari dan pusing
          Trimester II:    Tidak ada keluhan
          Trimester III: Tidak ada keluhan

Riwayat Natal
Tempat lahir        :    BPS
Lahir                    : 21 Desember 2010
Pukul                   :    14.32 WIB
Penolong             :    Bidan Viona
Jenis persalinan    :    spontan
Berat badan         :    3 kg
Panjang                :    51 cm
Cacat bawaan      :    tidak ada
Masa gestasi        :    32 minggu
Anak ke               :    2

Riwayat pertumbuhan dan perkembangan
Mampu melihat objek gerakan dalam rentang 90 derajat, dapat melihat orang secara terus menerus dan kelenjar air mata sudah mulai berfungsi. Bisa merespon suara an mampu menggenggam benda yang diberikan padanya.

Riwayat imunisasi
BCG                    :umur 2 hari
HB unijek            : umur 1 hari
Polio 1                 : umur 2 hari
DPT                     : belum mendapat imunisasi campak
Campak               : belum mendapat imunisasi campak
                           
Pola higiene personal, nutrisi, istirahat, eliminasi
Mandi                                : 2kali/hari pagi dan sore
Mengganti pakaian            : 2 kali/hari pagi dan sore
Diet/makan                        :  ASI
Tidur/istirahat biasanya     :  siang pukul 10.00-1400, sore pukul 16.00-17.00, malam pukul 20.00-04.00.
Tidur/istirahat sekarang     : mengalami gangguan bayi siang rewel, malam tidak tidur.
Eliminasi biasanya             : berkemih 7-8 kali/hari, defekasi 3 kali/hari.
Eliminasi sekarang             : berkemih 6-7 kali/hari, defekasi sudah 5 hari tidak ada.

Riwayat Penyakit Keluarga
Pihak ayah/ibu beserta anggota keluarganya tidak ada mengalami penyakit menular dan menurun (tifus, hepatitis, diabetes, epilepsi, hidrosefalus).

Riwayat Sosial
Yang mengasuh bayi adalah ibu sendiri
Hubungan dengan anggota keluarga baik

Data Objektif
Pemeriksaan umum
Keadaan umum baik
Tanda Vital :
                        Nadi : 120x/i
                        Suhu : 37,5C
                        Pernafasan : 120 x/i
Antropometri  :
                        Berat badan         : 3,9 kg
                        Panjang badan     : 58,1 cm
                        Lingkar kepala     : 34 cm
                        Lingkar dada       :30 cm
                        Lingkar lengan atas : 12 cm
Pemeriksaan Khusus
Pemeriksaan khusus dilakukan dengan inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi.
Kepala            :   bulat, besarnya normal, tidak ada tanda mikro/makrosefal, rambut warna hitam, tidak ada benjolan dan ubun-ubun datar
Wajah             :    wajah terlihat lebar, simetris, tidak ada opistotonus, tidak ada ritmus, dan tidak anemis.
Mata               :    simetris, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterus, tidak juling, bulu mata lengkap dan tidak ada tanda-tanda infeksi.
Hidung           :    mancung, tidak ada polip, tidak ada ingus, bersih dan tidak ada nafas cuping hidung.
Mulut dan gigi`: bibir dan lidah bersih, tidak stomatitis dan tidak anemis.
Telinga            :    simetris, bersih dan tidak keluar cairan.
Leher              :    bentuknya sedang, tidak ada pembesaran kelenjar limfe, dan vena jugularis, tidak teraba pembengkakan kelenjar tiroid.
Dada               :    simetris, bentuk normal, pergerakan pernafasan normal, tidak teraba benjolan, tidak terdengar mengi dan ronkhi dan tidak kembung.
punggung  dan pinggang : simetris, tidak ada spina bifida pada punggung
abdomen         :    kembung, terasa tegang, bising usus yang janggal, bayi meringis ketika dilakukan palpasi.
Genitalia         :    laki-laki, penis dan scrotum lengkap.
Anus               :    tidak atresia ani tapi terlihat memerah.
Ekstremitas atas dan bawah : tidak ada edema, pergerakan normal.
Kulit               :    bersih dan tugor kulit baik.

Pemeriksaan penunjang
Hb                   :    tidak dilakukan
Rectal tussae   :    terasa jepitan udara dan mekonium menyemprot.









ASUHAN KEBIDANAN PADA BALITA "F"
USIA 1 BULAN DENGAN OBSTIPASI PARSIAL
DIBPS MUTIA FARDILLAH JORONG LEMBAH GUNUNG
TANGGAL 21 JANUARI 2011

DATA DASAR
INTERPRETASI DASAR
DIAGNOSA POTENSIAL
TINDAKAN SEGERA
INTERVENSI
IMPELEMENTASI
EVALUASI
Tanggal: 21-01- 2011
Jam      : 10.00 WIB

DS
·         Ibu mengatakan usia bayinya 1 bulan.
·         Ibu mengatakan ini anak ke duanya.
·         Ibu mengatakan bayinya tidak BAB sejak 5 hari yang lalu.
·         Ibu mengatakan bayinya sering menangis dan tidak mau menyusu.
·         Ibu mengatakan perut bayinya kembung.
·     Ibu mengatakan ia minum obat diare.

DO
·         Pemeriksaan umum
-          Kesadaran: baik
-          TTV :
o   S : 37,50 C
o   P : 35 x/i
o   N : 120 x/i
·     BB lahir: 3 kg
·     BB sekarang : 3,9 kg
·     PB : 58,1cm
·     Lingkar kepala : 34 cm
·     Lingkar dada :30 cm
·     Li-la  : 12 cm
·     JK : laki-laki

·         Pemeriksaan fisik

o   Kepala : bulat, besarnya normal, tidak ada tanda mikro/makrosefal, rambut warna hitam, tidak ada benjolan dan ubun-ubun datar
o   Wajah  :wajah terlihat lebar, simetris, tidak ada opistotonus, tidak ada ritmus, dan tidak anemis.
o   Mata    :simetris, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterus, tidak juling, bulu mata lengkap dan tidak ada tanda-tanda infeksi.
o   Hidung:mancung, tidak ada polip, tidak ada ingus, bersih dan tidak ada nafas cuping hidung.
o   Mulut dan gigi`: bibir dan lidah bersih, tidak stomatitis dan tidak anemis.
o   Telinga:simetris, bersih dan tidak keluar cairan.
o   Leher : bentuknya sedang, tidak ada pembesaran kelenjar limfe, dan vena jugularis, tidak teraba pembengkakan kelenjar tiroid.
o   Dada   : simetris, bentuk normal, pergerakan pernafasan normal, tidak teraba benjolan, tidak terdengar mengi dan ronkhi dan tidak kembung.
o   Punggung  dan pinggang : simetris, tidak ada spina bifida pada punggung
o   Abdomen        : kembung, terasa tegang, bising usus yang janggal, bayi meringis ketika dilakukan palpasi.
o   Genitalia : laki-laki, penis dan scrotum lengkap.
o   Anus    : tidak atresia ani tapi terlihat memerah.
o   Ekstremitas atas dan bawah : tidak ada edema, pergerakan normal.
o   Kulit    : bersih dan tugor kulit baik.
·         Pemeriksaan penunjang
o  Hb: tidak dilakukan
o  Rectal Tussae:
terasa jepitan udara dan feses menyemprot.

Diagnosa :
Bayi usia 1 bulan, KU bayi baik  dengan obstipasi parsial.

Dasar :
·         Ibu mengatakan usia anaknya 1 bulan.
·         Ibu mengatakan ini anak ke duanya.
·         Ibu mengatakan bayinya tidak BAB sejak 5 hari yang lalu.
·         Ibu mengatakan bayinya sering menangis  dan tidak mau menyusu.
·         Ibu mengatakan perut bayinya kembung.
·         Ibu mengatakan ia minum obat diare.


Masalah:
- BAB yang tidak keluar selama 5 hari.
- anak yang menangis dan tidak mau makan.
- perut anak kembung.
- Anus memerah


Kebutuhan :
·      Anjurkan ibu memberikan ASI yang adekuat.
·      Anjurkan ibu banyak makan makanan yang berserat.
·      Anjurkan ibu menghentikan pemakaian obat diare.
·      Berikan terapi obat
Obstipasi total
Saat ini belum diperlukan
1.    Informasikan pada ibu hasil pemeriksaan











2.    Anjurkan ibu memberikan ASI yang adekuat.


















3.    Anjurkan ibu banyak makan makanan yang berserat.



















4.    Anjurkan ibu menghentikan pemakaian obat diare.





5.      Berikan terapi obat






6.      Anjurkan kunjungan ulang.





1.      Menginformasikan pada ibu hasil pemeriksaan yaitu
-           Kesadaran: ba
-          TTV :
o   S : 37,50 C
o   P : 35 x/i
o   N : 120 x/i

2.      Menganjurkan ibu untuk menyusui bayinya sesering mungkin tanpa di jadwalkan. Sehingga dapat mengencerkan feses karena ketika bahan makanan yang akan dicerna memasuki kolon, air dan elektrolit diabsorbsi melewati membran penyerapan. Penyerapan tersebut menyebabkan perubahan bentuk feses, dari bentuk padat menjadi lunak dan berbentuk. Ketika feses melewati rektum, feses menekan dinding rektum dan merangsang untuk defekasi. 

3.     Menganjurkan ibu banyak makan makanan yang berserat yaitu makan sayur dan buah yang hijau. Seperti buah pepaya, pisang, apel, jeruk, pir dll serta sayur kangkung, toge, bayam dll. Yang  bertujuan agar merangsang peristaltik usus dan pergerakan normal dari metabolisme dalam saluran cerna menuju kesaluran pencernaan ke saluran yang lebih besar.

4.     Menganjurkan ibu menghentikan pemakaian obat diare, karena asupan makanan yang diperoleh bayi didapat dari asupan makanan ibunya.
5.     Memberikan terapi obat berupa Lactulose 5 ml selama 3 hari pertama. Sehingga BAB bayi menjadi lunak.

6.     Menganjurkan ibu untuk kembali 3 hari lagi kalau BAB bayi belum juga keluar.,
1.    Ibu paham dengan penjelasan yang di berikan








2.      Ibu paham dan mau lakukan apa yang di anjurkan.























3.    Ibu bersedia untuk mengkonsumsi makanan yang telah dijelaskan



















4.      Ibu mengerti dan mau menghentikannya.





5.      Ibu menerima obat yang diberikan.





6.      Ibu berjanji akan datang apabila ada keluhan / masalah pada bayinya.




BAB IV
PEMBAHASAN KASUS

Berdasarkan kasus diatas, penulis membuatkan pembahasan setelah melakukan asuhan kebidanan pada bayi “F” (1 bulan). Bayi mengalami obstipasi parsial. Tahap-tahap manajemen kebidanan yang dilakukan terdiri dari pengkajian, interpretasi data, diagnosa dan masalah potensial, identifikasi kebutuhan yang memerlukan penanganan segera, rencana asuhan dan pelaksanaan tindakan serta evaluasi. 
Dalam bab ini, dijabarkan beberapa persamaan antara pembahasan teoritis dengan kenyataan yang ada dilapangan dan juga menguraikan kesenjangan-kesenjangan yang ditemui serta mencari jalan keluarnya. Sesuai dengan lanhkah-langkah dalam manajemen kebidanan. Pembahsan kasusnya dapat di uraikan sebagai berikut :

1.    Pengkajian
Dalam melakukan pengkajian penulis tidak menemukan kesulitan yang berarti, baik dalam mengumpulkan data subjektif dan objektif , dimana didukung oleh peralatan yang memadai, pencatatan yang baik dan orang tua pasien yang bersedia menjawab pertanyaan dengan baik.
Dibawa ini penulis uraikan data yang diperoleh dengan teori yang ada,antara lain :
a.         Riwayat prenatal, natal, pertumbuhan dan perkembangan
Riwayat prenatal dan natal anak tidak bermasalah
b.        Riwayat imunisasi
Ibu selalu membawa anaknya untuk di imunisasi
c.         Pola personal higiene, nutrisi, istirahat, dan eliminasi
Personal higiene bayi terjaga dengan baik. Akan tetapi sekarang bayi mengalami masalah pemenuhannutrisi dimana bayi tidak mau menyusu, rewe, tidak bisa tidur dan BAB tidak keluar selama 5 hari yang lalu.
d.        Riwayat penyakit keluarga
Pihak ayah/ibu beserta anggota keluarganya tidak ada mengalami penyakit menular dan menurun (tifus, hepatitis, diabetes, epilepsi, hidrosefalus).
e.         Riwayat sosial
Yang mengasuh bayi adalah ibu sendiri. Hubungan dengan anggota keluarga baik
f.         Pemeriksaan umum dan khusus
Dari hasil pemeriksaan, pada kasus ini ditemukan masalah anak mengalami masalah dimana buang air besarnya tertahan selama 5 hari. Ini tergolong jenis obstipasi parsial. Ditemukan masalah pada abdomen dan anus bayi, serta bayi snagt rewel sekali. 
g.        Pemeriksaan penunjang
Untuk menguatkan diagnosa, dilakukan uji colok dubur (rectal tusse) pada anus bayi, dan BAB menyemprot terasa ada jepitan udara.

2.    Interpretasi data
a.       Diagnosa
Bayi usia 1 bulan, KU bayi baik  dengan obstipasi parsial.
b.      Masalah
Bayi mengalami masalah pengeluaran feses, yang tidak keluar selama 5 hari. anak  yang menangis dan tidak mau makan. perut anak kembung srta anus memerah.

c.       Kebutuhan
Kebutuhan yang diperlukan anak adalah :
1)      Anjurkan ibu memberikan ASI yang adekuat.
2)      Anjurkan ibu banyak makan makanan yang berserat.
3)      Anjurkan ibu menghentikan pemakaian obat diare.
4)      Berikan terapi obat
3.    Antisipasi Diagnosa Dan Masalah
Disini penulis menemukan masalah potensial bisa terjadi obtruksi total.
4.    Membutuhkan Tindakan Segera dan Kolaborasi
Saat ini belum dibutuhkan karena sesuai dengan tinjauan teori masih bisa di atasi.
5.    Perencanan Tindakan
Perencanan tindakan mengacu pada masalah yang kita temui waktu melakukan pengkajian yang sesuai dengan kondisi pasien, yaitu :
7.         Informasikan pada ibu hasil pemeriksaan
8.         Anjurkan ibu memberikan ASI yang adekuat.
9.         Anjurkan ibu banyak makan makanan yang berserat.
10.     Anjurkan ibu menghentikan pemakaian obat diare.
11.     Berikan terapi obat
12.     Anjurkan kunjungan ulang.
6.    Pelaksanan Tindakan
Pada tahap ini merupakan pelaksanaan terhadap rencana yang telah dibuat.
7.    Evaluasi
Merupakan tahap akhir proses manajemen kebidanan berdasarkan laporan kasus yang penulis lakukan selama melakukan manajemen asuhan terhadap pasien dengan obstipasi parsial. Penulis mengambil keputusan bahwa pada dasarnua semua tujuan yang direncanankan dapat berhasil dengan baik.





BAB V
PENUTUP
1.      Kesimpulan
            Obstipasi adalah pengeluaran mekonium tidak terjadi pada 24 jam pertama sesudah kelahiran atau kesulitan atau keterlambatan pada faeces yang menyangkut konsistensi faeces dan frekuensi berhajat. Sedangkan pada anak didefinisikan sebagai tidak adanya pengeluaran feses selama 3 hari/lebih, kadang disertai adanya perasaan perut penuh akibat adanya feses atau gas dalam perut . Hal ini dapat disebabkan oleh banyak faktor.
            Berdasarkan hasil pembahasan kasus dapat kita simpulkan bahwa makanan yang dimakan ibu juga berpengaruh terhadap kondisi anak. Jadi ibu harus berhati-hati dalam memakan makanan maupun obat. Sebab bisa saja obat tersebut berdampak (mempunyai efek) terhadap anak contohnya saja seperti pembahasan kasus obstipasi pada anak di atas. Obstipasi dapat didiagnosis secara klinis. Penanganan obstipasi dapat dilakukan dengan cara medis.

2.      Saran
Banyak gangguan kesehatan yang bisa terjadi pada anak. Oleh sebab itu orang tua, masyarakat dan Nakes itu sendiri lebih memperhatikan dan lebih peka terhadap perubahan yang di alami anak baik itu gangguan pencernaan dan defekasi maupun penyakit lainnya. Penulis berharap semoga angka mortalitas dan mordibitas anak dan balita semakin menurun, Amin..
DAFTAR PUSTAKA

Dwi handajani, sutjianti. 2010.manajemen Asuhan Kebidanan Pengantar & Contoh Kasus.Jakarta : EGC
Mitayani. 2009. Mengenal Bayi Baru Lahir dan Penatalaksanaannya. Padang : Baduose Media
Nanny lia dewi, vivian. 2010. Asuhan Neonatus Bayi dan Anak Balita. Jakarta : Salemba Medika
Sri rahayu, dedeh. 2009. Asuhan Keperawatan Anak dan Neonatus. Jakarta : salemba Medika
http://vina-midwife.blogspot.com/2010/07/obstipasi-pada-neonatus.html